Jawaban
Langit sore itu berwarna biru dan mulai tercampur biasan sunset berwarna orange. Aku hanya terdiam dan merasa sepi. Aku benar-benar merindukan Dia. Rasanya sudah lama sekali aku tak berbincang-bincang dengan-Nya karena kesibukan rutinitasku, yah, sekarang sedang resesi maka pekerjaan menjadi berat. Pernah sesekali terlintas dalam benak, aku menyapa-Nya tapi Dia seperti tak mendengar. Apa Dia meninggalkanku? Apa Dia marah padaku? Entahlah. Dan hari itu, aku benar-benar merindukan-Nya. Aku rindu akan hadirat-Nya. Dan saat itu ketika hatiku sedang dilanda gundah dan diliputi perasaan kalah, hancur dan tak berpengharapan. Aku benar-benar butuh Dia.
Hening sore itu, aku tiba-tiba memanggil-Nya, "Yesus.. Yesus.. adakah Kamu mendengarku?" Tidak ada jawaban. Aku terus memanggil bahwa aku butuh Dia sekarang, tapi tetap tak ada jawaban. Aku diam sejenak, merenungkan semuanya. Sedih dan menyesal sampai tiba-tiba seseorang merangkul bahuku. Betapa lembut dan tegas, begitu menguatkan. Dia Yesus! Betapa senang aku melihat-Nya. Akhirnya Dia datang.
"Yesus, kenapa Kamu meninggalkanku?", tanyaku.
Yesus tak menjawab.
"Apa Kamu tak mendengar setiap panggilanku?"
"........."
"Kamu marah padaku? atau apakah Kamu sedang sibuk karena rancangan-rancangan baru-Mu?", aku mencoba menebak.
Masih tak ada jawaban.
"Bahkan sekarang Kamu tidak mau menjawab pertanyaanku." aku putus asa.
Tiba-tiba, dengan suara yang halus tapi jantan, Dia menjawab.
"Anakku, apakah kau tahu bahwa aku setiap hari ada didekatmu?"
Aku terkejut.
"Tahukah kamu bahwa aku tak pernah meninggalkanmu? bahwa aku selalu menuntun jalanmu dan selalu menguatkanmu? bahwa aku selalu memberikan perhatianku padamu seutuhnya dan tak pernah sibuk untuk urusan yang lain.
Sebaliknya, kamulah yang meninggalkanku.
Ketika resesi datang, aku ada disampingmu. Aku sudah bilang bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi kamu menolak untuk percaya dan mulai fokus pada pekerjaanmu.
Aku telah mengingatkanmu untuk tetap memberikan yang terbaik dirumah Tuhan tanpa mempedulikan ketakutan akan resesi, tapi kamu tidak menaatinya.
Kamu mulai merasa ketakutan. Takut kalah, takut dipecat, takut dijatuhkan, takut miskin, takut hidup susah, takut gagal. Sebenarnya, kenapa kamu takutkan hal itu?
Tahukah kamu bahwa sikapmu yang seperti itu perlahan-lahan menjauhkan kita berdua? Rasa takutmulah yang membuat kehadiran-Ku hilang. Dengan rasa takutmu, kamu tak memperhitungkan keberadaank-Ku disisimu. Padahal kamu tau kan bahwa bersama-Ku kamu akan baik-baik saja? Kamu tau bahwa lewat Aku maka akan ada jalan keluar? Kamu tau bahwa dalam-Ku ada rasa aman? Jadi kenapa kamu takut? Tidakkah kau ingat aku pernah berkata bahwa resesi yang kubuat sekarang adalah untuk membuat manusia menjadi lebih bergantung kepada-Ku dan bukan sebaliknya. Jangan pernah bergantung pada kekuatanmu sendiri karena untuk itulah Aku selalu bersamamu.
Dan yakinilah satu hal, bahwa aku selalu mencintaimu. Setiap pagi kulihat kamu bangun, cintaku padamu semakin mendalam. Aku takkan pernah meninggalkanmu."
Mata-Nya memandangku dalam dan tersenyum memberi damai.
Aku tak bisa berkata apa-apa seiring dengan tetesan air mataku terasa di pipi. Aku benar-benar bersyukur punya Bapa seperti-Nya. Dan aku sangat menyesal karena telah menjadikan pekerjaanku sebagai prioritas. Aku bersyukur aku dirawat oleh tangan yang tepat. Tempatku berlindung. Sandaran jiwaku. Yesus yang selalu mengasihiku.
Kemudian, malam pun menjelang, aku berjalan masuk kerumah dengan hati yang lega dan siap menghadapi hari esok yang penuh harapan.
***
Yak! Hari ini aku sedang berusaha merampungkan seluruh cerita buat proyek animasi sekolah. Malah jadi ngobrol-ngobrol sama Dia deh tadi dan akhirnya munculah cerita ini (jari ngetik) dengan sendirinya. Hahaha. Inti ceritanya sama, tapi setting latar dan efek lainnya itu hanya untuk mendramatisir ajah. Hehehe. Okedeh. Besok nulis lagi ah, mumpung libur! Hehe. Today was another wonderful day of mine. All praise and worship will be forever Yours, Daddy! :)
Love today, love You!
you never come in 'second' place when putting God 'first' - Jeffrey Rachmat
No comments:
Post a Comment